Laman

12 Maret 2016

INI BUKAN KARMA

"Kau lihat pasangan kekasih di sebrang meja sana?"

"Ya, kenapa dengan mereka?"

"Aku iri pada mereka!"

"Memang kelihatannya mereka sangat serasi."

"Benar sekali. Jimmy, apa hidupmu bahagia sekarang?"

"Tentu saja, dan aku sangat berterimakasih padamu."

"Berterimakasih? Padaku?"

"Ada yang salah?"

"Kau bilang berterimakasih padaku? Setelah aku menghancurkan mimpimu? Setelah aku menghabiskan kekayaanmu hinggu kau bangkrut? Setelah aku meninggalkanmu saat kau berniat menikahiku dan aku pergi dengan pria lain? Setelah aku menyakitimu dengan sesakit-sakitnya? Kau masih berterimakasih pada wanita yang hina ini?"

"Kau wanita yang memberiku pelajaran berharga, Ann. Sebenarnya apa maksudmu menemuiku di tempat ini setelah tiga tahun kau menghilang dari hidupku?"

"Maafkan aku, Jimmy. Maaf, maaf, maaf!"

"Tenangkan dirimu. Jus mangga itu menunggu untuk diminum. Kau tidak mungkin mencampakkan minuman favoritmu itu, kan? Setelahnya, kau boleh menceritakan maksud pertemuan kita."

"Menurutmu, apakah ini karma yang kuterima setelah menghancurkan hidup seorang pria baik hati sepertimu?"

"Kau berlebihan. Aku tak sebaik itu, Anna. Aku akan mendengarkan apa pun yang akan kau ceritakan."

"Karierku sudah hancur, Jimmy. Pria yang dulu membawaku ke dunia modeling ternyata seorang bajingan. Entah bagaimana aku mengucapkannya padamu. Dialah yang membuatku memeras kekayaanmu, agar aku bisa menjadi seorang top model. Bajingan itulah yang membuatku meninggalkanmu. Dia menjanjikan karier yang gemilang untukku. Dia pun merebut hatiku dan berjanji menikahiku setelah aku memberikan semua yang ia minta. Tapi akhirnya..."

"Aku turut bersedih, Anna. Ini, pakailah, pipimu basah."

"Terima kasih. Setelah ia mendapatkan semuanya dariku, ternyata wanita lain menggantikan posisiku. Aku yakin wanita itu korban selanjutnya."

"Lalu?"

"Aku ditendang dari karierku yang sedang berada di puncak kesuksesan. Bajingan itu bisa mengontrol semuanya. Sekarang aku hancur, Jimmy."

"Kukira kini kau sudah bahagia."

"Setelah aku jatuh miskin karena kehilangan predikat top model itu, ibuku meninggal. Tepatnya sebulan setelah kejadian itu. Ayahku pergi meninggalkan rumah, ia kini punya keluarga baru. Aku benar-benar sendiri, Jimmy."

"Separah itukah?"

"Itulah yang membawaku mencari keberadaanmu sekarang. Aku rasa semua kehancuran ini karena apa yang kulakukan padamu dulu. Aku mencarimu untuk mendapatkan kata maafmu, Jimmy. Kuharap itu bisa menghentikan karma ini."

"Aku sudah memaafkanmu, Ann."

"Semudah itu? Aku mungkin harus memohon-mohon, meraung, dan berlutut di hadapanmu untuk sebuah kata maaf."

"Tak perlu seperti itu. Mungkin memang hidupku hancur karena kekhilafanmu. Namun ada yang menyuruhku untuk tetap bersabar dan bersyukur atas semua yang kualami."

"Bersabar? Bersyukur? Tidak mungkin di saat seperti itu. Kenapa kau bisa melakukannya?"

"Aku percaya perintah itu, aku hanya melakukannya. Bersabar dan bersyukur. Setelah keterpurukan itu, aku kembali bangkit menata hidup baru, tanpamu. Kini aku memetik buahnya. Perusahaan baruku mulai melebarkan sayap, aku menemukan istri yang sangat kucintai dan mencintaiku, serta memiliki buah hati yang sangat kami sayangi."

"Aku benar-benar menyesal, Jimmy. Kini kau telah bahagia. Sekali lagi aku minta maaf. Tapi, kau tadi bilang perintah? Ada yang menyuruhmu?"

"Kau tidak salah mendengar, Ann. Aku melakukan apa yang Dia katakan. Dan kau bisa lihat sekarang, Ann. Aku benar-benar bahagia, kuharap ini tidak menyinggung perasaanmu."

"Aku harap aku pun bisa menata kembali hidupku. Bisakah kau membantuku? Pertemukan aku dengan dia yang sudah memberi semangat untukmu itu. Bisakah kau mengenalkannya padaku? Siapa dia, Jimmy?"

"Dia adalah Tuhanku, kurasa kau pun mengenal-Nya, Anna. Bukankah Dia juga memerintahkan kepadamu apa yang Dia peritahkan kepadaku? Dia yang menyuruh kita bersabar dan bersyukur dalam situasi apa pun."

"Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Aku benar-benar sudah melupakan-Nya. Aku sudah begitu jauh dengan-Nya. Apakah Dia mau memaafkanku jika aku mencoba memperbaiki kesalahanku?"

"Tentu saja, Ann. Itulah mengapa aku bisa memaafkanmu dan berterimakasih padamu. Dia pun Maha Pemaaf, Dia pun Maha Mengasihi."

"Terima kasih, Jimmy. Setidaknya, aku sedikit lebih lega. Bolehkah aku meminta tolong padamu? Agar aku bisa kembali mendekatkan diri dengan-Nya sekaligus menebus semua kesalahanku yang sudah lalu."

"Dengan senang hati, Ann. Apa yang bisa kubantu?"

"Nikahi aku, Jimmy. Kumohon!"

SELESAI 

- Anggriawan Kingdom -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar