Laman

12 Maret 2016

DIA DI MANA?


Ya Tuhan, kenapa lama sekali. Biasanya tidak seperti ini. Aku kenal betul kekasihku. Dia orang yang sangat menghargai waktu. Tapi, ini sudah lewat 48 menit dari waktu yang kita sepakati, pukul 20:00. Apa jamku terlalu cepat? Mustahil, ini memang pukul 20:48.
Apa ada sesuatu yang harus dia rencanakan sebelum kita bertemu dan belum selesai dikerjakannya? Memangnya apa yang akan dia bicarakan malam ini sih?

Oh Tuhan, semua membuatku tegang. Nada bicaranya ditelepon tadi siang sepertinya tidak ramah. Cobaku ingat lagi. Ya aku masih ingat jelas perkataannya di telepon tadi siang, "Bisakah kita bertemu di tempat biasa malam ini? Ada hal serius yang ingin aku bicarakan, Sayang."
Sangat terdengar nada bicaranya lesu. Apakah dia akan mengatakan bahwa hubungan kita berakhir? Ah, jangan ya Tuhan. Aku sangat mencintainya. Kau tahu perasaanku kan Tuhan? Lagipula mana mungkin dia tiba-tiba memutuskan hubungan kami berdua. Tadi kan dia masih memanggilku dengan panggilan 'sayang'. Jelas sekali, aku yakin bukan itu yang akan dia bicarakan.

Atau mungkin dia akan memberiku kejutan dengan berkata, "Maukah kau menikah denganku, Sayang?". Ya bisa saja, dia melamarku malam ini, dia benar-benar memenuhi keinginan terbesarku.
Ya Tuhan, aku jadi nervous. Bagaimana cara menjawab lamaran yang baik ya? Biar aku terlihat seperti wanita dewasa.
"Tentu saja, Sayang. Aku mau. Itu yang kutunggu selama ini."
Ah, tidak. Itu terlalu bertele-tele dan kekanak-kananan. Bagaimana kalau, "Dengan senang hati, Sayang." Ya sederhana dan cukup berwibawa.
Tapi rasanya tidak romantis ya? Ah jangan kalau begitu.

Ayolah, kenapa belum datang juga, ya Tuhan? Tolonglah, Tuhan. Doronglah dia agar sampai ke sini secepatnya dan juga beritahu dia kalau aku sudah menunggunya sejak 48 menit yang lalu.

Apa aku salah membaca pesannya?
Mungkin bukan pukul 20:00, tapi pukul 21:00. Coba aku cek lagi kotak masukku. Ah, aku harus mengambil handphone-ku.
Hey, kenapa aku tidak langsung meneleponnya saja? Dengan begitu aku bisa tahu kenapa aku sampai menunggu hampir satu jam. Tapi bagaimana kalau dia masih sibuk? Dan akhirnya dia marah karena aku dinilai sebagai wanita yang tidak sabaran. Tapi aku kan kekasihnya. Aku berhak menghubunginya saat dia terlambat datang pada janji pertemuan kami.

Ya aku harus meneleponnya. Kemudian setelah dia mengangkat panggilanku, aku akan marah padanya karena dia membiarkanku menunggu begitu lama. Aku akan membentaknya dan memaki-maki dia hingga dia meminta maaf padaku dengan nada memelas. Kemudian dia menjelaskan alasan yang tidak akan aku dengar dan aku akan menutup teleponnya. Hingga dia menelepon balik dan bilang kalau dia akan sampai lima menit lagi. Itu akan membuatku lega.

Tapi, bisa saja dia malah balik memarahiku dan dia bilang aku adalah wanita yang egois yang tidak bisa mengerti keadaannya saat itu kemudian langsung mengucapkan kata-kata kalau hubungan kami berakhir, tanpa ia sempat datang menemui janji pertemuan kita.

Ya Tuhan, itu buruk sekali. Aku tak mau itu terjadi. Sebaiknya aku jangan meneleponnya. Iya aku tidak akan melakukan itu, kok. Jadi jangan biarkan kami putus ya Tuhan.

Bagaimana kalau aku sedikit membuang waktu dengan mengecek lagi penampilanku? Mungkin saja ada bagian kecil dari penampilanku yang masih terlihat kurang sempurna dan mungkin bisa membuatnya tidak suka. Coba kuperiksa lagi. Bedakku tidak terlalu tebal, kan? Kurasa cukup. Bagaimana dengan pakaianku? Sepertinya pakaian ini membuatku terlihat gemuk. Ah tidak, tidak, motifnya kan tidak melebar. Lagipula dia suka warna birunya. Katanya aku lebih cantik dengan warna biru.

Ah aku masih kurang percaya diri. Sepertinya aku harus pergi ke toilet untuk bercermin. Tapi bagaimana kalau dia datang dan menemukan meja tempat kita janjian kosong? Baiklah, aku tidak boleh beranjak dari meja ini. Aku harus tetap menunggunya.Tetap menunggunya.

Tuhan, Kau tahu tidak apa yang akan dia bicarakan malam ini? Aku benar-benar tidak tahu, Tuhan. Kalau Kau tahu, ayolah beritahu aku. Aku sangat penasaran. Katanya Kau serba tahu, tapi kenapa Kau tidak mau memberitahu aku? Kau membenciku, Tuhan? Apa alasannya? Aku kan wanita baik-baik. Ayolah Tuhan, jangan pelit. Beritahu sedikit saja apa yang akan kekasihku bicarakan malam ini.

Aku tak bisa menebak-nebak maksud dari "hal serius" itu apa? Sungguh aku tak bisa menebaknya.
Apa mungkin dia akan melamarku? Itu kan pembicaraan serius. Atau dia mau kami putus, itu juga hal serius. Tapi mana mungkin dia tiba-tiba memutuskanku? Apa mungkin karena minggu lalu aku tidak sengaja memecahkan vas bunga antik kesayangannya? Tapi itu kan tidak sengaja. Lagi pula dia sudah memaafkan hal itu.

Atau mungkin karena masakanku yang terlalu asin saat aku mengundang dia beserta ibunya makan malam bersama di rumahku? Bisa saja. Dia mungkin menganggap kalau wanita yang tidak pandai memasakitu  tidak cocok menjadi seorang istri baginya.

Atau mungkin dia punya selingkuhan!
Dia punya wanita lain yang selama ini dia sembunyikan, dan wanita itu pandai memasak. Kenapa aku tidak terpikir ke situ? Mungkin dia terlambat menemuiku karena sedang bermesraan dengan wanita lain. Hingga dia lupa kalau dia ada janji denganku malam ini.

Aku harus menemui wanita tidak tahu diri itu, lalu menjambak rambutnya keras-keras dan memperingatinya supaya menjauhi kekasihku. Kemudian mengancam akan membunuhnya jika dia masih gatal mendekati kekasihku. Ya, aku harus menemuinya!

Tapi ... aku tidak tahu di mana mereka sekarang.

Ya Tuhan, benarkan kekasihku selingkuh? Dia kan pria baik dan setia. Apa aku kurang cantik sampai dia harus mencari wanita lain? Bukannya dia sering bilang kalau aku cantik? Mungkin beribu-ribu kali kalau kuhitung. Aku memang cantik kan, Tuhan? Menurut-Mu aku cantik tidak? Kau kan yang menciptakanku.

Huh! Aku benar-benar bosan menunggu seperti ini. Sudah pukul 20:50 dia belum juga datang.
"Ada hal serius yang ingin aku bicarakan, Sayang."
Hal serius apa ya? Menikah? Putus?
Bagaimana kalau aku coba mengulang dua kata itu sampai dia datang. Sehingga waktu tidak akan terasa lama. Menikah... Putus... Menikah... Putus... Menikah... Putus... Menikah... Putus... Menikah... Putus... Menikah... Putus... Menikah... Putus... Menikah... Putus...

Ah, aku tidak mau putus!

Kenapa aku berhenti? Aku harus terus lakukan ini sampai dia datang. Ya, sampai dia benar-benar datang. Menikah... Putus... Menikah... Putus... Menikah... Putus... Menikah... Putus... Menikah... Putus... Menikah... Putus... Menikah... Putus... Menikah... Putus... Menikah... Putus... Menikah... Putus... Menikah... Putus... Menikah... Putus...

SELESAI

- Anggriawan Kingdom -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar